Monthly Archives

January 2017

Celotehan UKM

Penghalang UKM Bertumbuh

Aih, kembali bisa berceloteh…

Iya, ini memang celotehan aja sih… 🙂

Pernah mendengar soal Value/ Nilai/ Budaya perusahaan (organisasi) kan yha…?

Pada punya ini ga…? Lalu seluruh warga di organisasi tersebut pada paham dan sejalan ga…?

Karyawan/ tim yang kesehariannya ga sejalan dengan value perusahaan, baik itu di tempat kerja ataupun di luar pekerjaan, sejatinya sedang berperan sebagai orang yang sekedar numpang hidup di perusahaan itu loh…

Ya sekedar biar bisa menghasilkan uang, mengisi waktu atau supaya ga dianggap pengangguran.

Lalu, pentingkah untuk setiap pimpinan ataupun owner untuk memastikan budaya perusahaan itu menjadi the way of life nya seluruh tim..?

Penting ga penting sih…

Penting bagi owner yang percaya bahwa tanggungjawabnya bukan sekedar memastikan omset dan profit naik. Tapi juga memastikan manusia di dalamnya bertumbuh (termasuk dirinya sendiri)

Ga penting, bagi owner yang memang menganggap tim sebagai objek, sebagai mesin, robot atau buruh. Dia hanya memandang :

“yang penting kerjaan tu orang beres, hidup dia mau seperti apa ya ga urusan saya lah”

Owner tipe abai begini bolehlah disebut sebagai owner era revolusi industri. Orang yang hanya mementingkan produktifitas, yang penting SOP (kaku dan membosankan) itu dipatuhi. Memandang karyawan sebagai buruh yang melinting rokok. Dalam kurun waktu tertentu mesti selesai sesuai angka yang ditetapkan perusahaan.

Parahnya lagi, owner ala revolusi industri ini mengandalkan motivasi ekstrinsik untuk menaikan produktifitas dan menertibkan karyawannya. Hubungan kerjanya sebatas “JIKA – MAKA”. Transaksional aja.

“Jika kamu kerja 10, itu memang tanggungjawabmu, jika lebih dari 10 maka kamu dapatkan bonus”.

Karyawan hidup dalam iming-iming ataupun punishment.

Serba jika – maka.

Jadul banget ini…

Jaman revolusi industri sih cocok kerja begini. Karena fokusnya memang berproduksi bukan berkreasi. Karyawan pun mau aja menerima situasi ini. Ya, lama-lama diiming-imingi memang mematikan motivasi internal…

Sudah seperti orang yang kecanduan…

Mirip-mirip dengan perlakuan orang tua yang suka mengiming-imingi anak :

“Kalau kamu ranking 1, nanti papa/mama belikan mainan”.

Kasian yha…

Balik ke persoalan budaya perusahaan.

Bagi owner yang hidup selaras dengan zaman kreatif saat ini, ga akan rela jika timnya bekerja ala robot atau ala buruh kasar, tak peduli di level mana pun si tim itu. Owner akan berupaya keras dan konsisten menumbuhkan timnya agar nyala kompetensi problem solver (kreatif) dalam diri tim tersebut. Lelah loh jika terus-terusan bekerja ala tom & jerry (walaupun lucu untuk dijadikan tontonan).

Perusahaan akan ‘hidup’ jika manusia-manusianya hidup dan termanusiakan. Tapi memang ini ga mudah, jauh lebih mudah untuk bikin sistem termonitor ala robot gitu (eh, kabarnya robot juga udah ada yang bisa berempati). Menumbuhkan mensyaratkan cara-cara yang bertolak belakang dengan cara kebanyakan.

Punish dan reward ga berlaku, yang berlaku adalah konsekuensi dan dukungan. Bukan iming-iming seperti kita memperlakukan kucing yang dikasi lihat ikan asin. Kasian jika yang aktif hanya animal brain nya aja. Lets help human as a human.

Kan ga mau yha kalo nanti ditanya “apa yang sudah kamu lakukan dengan perusahaanmu?”

lalu menjawab “Saya sudah berhasil menambah omset dan profit dengan cara merobotkan manusia”. Hiksss…

“Lah, jadi ga boleh nih menaikan omset dan profit?

Emang kita badan amal, badan sosial…???”

Rangga… Kamu jahat kalo hanya memandang manusia sebagai objek yang diperas.

Kita bisa banget mencapai tujuan bersama namun dengan cara-cara yang manusiawi, cara-cara yang jauh lebih sesuai jaman dan menjawab tantangan zaman. Ini zaman kreatif bukan zaman revolusi industri.

Saat bekerja dengan cara-cara yang lebih menumbuhkan, maka orang-orang yang ada di dalam sana akan jauh lebih berperan dan termotivasi secara internal. Mereka hidup, mereka sejalan dengan budaya perusahaan baik sedang berkantor ataupun di luar kantornya. Spirit perusahaan menjadi spirit bersama. Cita-citanya menjadi cita-cita bersama. Orang-orang yang ada di dalamnya bernuansa sama. Perhatian pada proses dan karya, bukan sekedar bekerja.

So, as a owner…

Jangan hanya melotot jika angka-angka tak tercapai… Tapi melotot dan ‘galau’ juga lah saat value/ budaya tim tidak sejalan dengan budaya di perusahaan. Di tempat kerja mendorong tumbuhnya kolaborasi, tapi hari-hari status facebook tim malah alergi dengan yang berbeda darinya.

Budaya perusahaan mendorong niai-nilai integritas, tapi masih hobi mencari insentif lainnya dengan cara-cara yang rela menandatangani sejumlah 10 walau yang diterima hanya 8.

“Ga apa-apa deh, yang penting dapat tambahan”. Rela uang begituan dimakan…? Hiks…

Budaya perusahaan mendukung tumbuhkan kecerdasan diri, tapi status tim di sosmed banyak share-share hoax atau komentarin berita dari headline semata, alias malas baca.

Bro… Sist…

Kita bikin usaha tuh ga tau bisa ngurusin sampai kapan…

Tetiba kena time out… rela perusahaannya diurusin sama jiwa-jiwa yang menjalani dualisme kehidupan begitu…?

Yuk, ambil peran sebagai “orang tua” yang mendidik dan menumbuhkan tim kita.

Mereka datang (dikirim Tuhan) kepada kita bukan karena sebuah kebetulan.

Itu juga amanah penting yang perlu diurus sungguh-sungguh…

Selamat mengarungi 2017 yang dikabarkan lumayan menantang. Budaya tangguh di perusahaan semakin diperlukan yha… UKM wajib bermimpi besar dan bekerja dengan standar perusahaan besar.

*SalamBerkarya

*KibasJilbab

======

Tips UKM