Monthly Archives

August 2018

Celotehan UKM, Wanita & Bisnis

MENDADAK JADI DIREKTUR (CEO) (Catatan Autokritik)

“Bukalah usaha, maka di kartu nama kamulah Direkturnya”

Sebuah kalimat yang memotivasi untuk segera memulai usaha lalu tenggelam dalam ilusi.

 

Sang Direktur ini tiba-tiba merasa super keceh, berbagi tips motivasi ke sana kemari, tumbuh candu yang berbungkus nafsu “ingin berbagi”.

Lalu lupa melihat dapur sendiri yang centang-prenang, tim yang kehilangan panduan dan konsumen yang datang karena kebetulan (Luck factor)

 

Belum lagi ketika ditelisik, jangankan jadi Direktur, memiliki kompetensi di level supervisor saja pun belum memadai.

Begitulah tipuan panggung dan euphoriamenjadi Direktur dadakan.

 

“Tapi kan manggung juga perlu, untuk bangun personal branding…” – justifikasi berikutnya.

 

Masih banyak lagi miskonsepsi yang bertebaran di seputar sepak terjang kehidupan direktur dadakan ini…

Mendadak “coach”, mendadak jadi Pembina tanpa sadar bahwa apa yang dibangunnya masih berdiri di pondasi keropos menunggu binasa… (sibuk membina lalu binasa)

 

“Belajar saja dulu, didik diri sendiri, nanti ada masanya mengajari orang lain”

(pernyataan yang mencubit hati dari seorang pelatih dan implementator)

Proses “down-grade” diri dari Director (wanna be) menjadi Supervisor

 

Yuppp….

Ini adalah sebuah tulisan reflektif yang sebetulnya untuk “menampar” diri sendiri…

Catatan yang beranjak dari rasa malu terhadap diri sendiri ini dimulai ketika duduk di kelas Pak Armala bulan Maret lalu.

 

Seperti menemukan ‘big missing puzzle” yang selama ini dicari. “Direktur (wanna be) ini tak perlu lagi dimotivasi dan ditanya maunya “apa” ?

“Apa”-nya sudah terlalu banyak dan tinggi. Tapi berbagai upaya dilakukan berlari meraih “apa”, faktanya masih jauh panggang dari api…

Kembali memperbaiki input & proses

Jelas mau “apa”

Jelas “kenapa”

Tapi tak tahu “cara”…

Mengharapkan Output, dengan input dan proses yang ngawur…

Ah, Gila… (kata Einstein)

 

Rasanya…

Setiap direktur (wanna be) ini pastinya punya cita-cita mulia… Mengambil peran untuk bisa berbuat sesuatu untuk menjadi legasi dan dipetik di alam sana nanti…

Berkontribusi nyata pada Negara, namun lupa bahwa kontribusi itu tak bisa menjadi nyata dengan naik turun “panggung”.

 

So, Amazing…

Ada sebuah kategori baru dalam mendampingi direktur (wanna be) meraih “apa”. Pak Armala melatih “HOW TO”dengan paparan yang sangat detail, best practice.

Pengalaman Beliau memberesi detail kekusutan berbagai perusahaan dan membawanya menjadi perusahaan kelas dunia bisa dipelajari dan diimplementasikan tak hanya oleh Direktur namun juga para tim.

Meski tak semua Direktur (wanna be) menyambut dan mengeksekusi ini apa yang Beliau paparkan.

Instant mentality  dan berlama-lama kasmaran dengan mimpi sepertinya menjadi racun diri…

“Ah…. Lagi over exited tuh sama pak Armala”

Hey…

Kebetulan Saya memang always super excited setiap kali menemukan pencerahan baru. Memilih dan menjalankan peran ini seperti memasuki lorong panjang yang gelap…

Never Ending Improvement

 

Well, Entrepreneurs (wanna be)…

Masuklah ke kamar mandi, cek semua produk yang ada di dalamnya. Lalu coba sebutkan siapa pemilik perusahaan dari produk-produk tersebut ?

Berapa kali mereka manggung setahun ketika bisnis mereka baru seumur jagung dan sizekecil biji jagung ?

 

Trully entrepreneurs  bekerja di jalan sepi, suksesnya dicari bukan menawarkan diri… Sepertinya malu hati, karena di atas langit masih ada langit…

 

——

Catatan ini untuk renungan diri sendiri…

InsyaAllah para pembaca bisa memahami konteks, bukan sekedar membaca konten