Leadership & Team Building

Guru sebagai Human Capital

“Siapa yang bunda pilih jika ada 2 orang calon menantu yang ingin melamar anak bunda, yang satu adalah seorang dokter dan yang satunya seorang guru?”

Tim kami senyum-senyum diam dengan pertanyaan ini. Yaa… ini faktanya, bahwa guru belum menjadi profesi idola apalagi impian… Bukan untuk membandingkan buruk baik, namun untuk membuka mata bersama dan melakukan perbaikan bersama…

Lalu siapa yang akan mengeser keadaan ini…? Tak mungkin orang lain, yang mampu dan seharusnya bisa melakukan ini adalah guru itu sendiri dan sekolah. Pemerintah…? Mungkin, tapi lebih baik kita lakukan hal-hal yang memang masih dalam jangkauan kita.

Sebuah tantangan ketika kami menghadapi yang katanya sarjana pendidikan namun saat di lapangan masih jauh dari apa yang kami bayangkan…
Tantangan juga saat kami berhadapan dengan pribadi-pribadi guru yang ketika diminta mengikuti training dan re-training namun datang dengan energi seadanya karena terpaksa…
Tantangan juga saat kami berhadapan dengan pencari kerja dan ingin menjadi guru hanya karena bisa bekerja setengah hari dan karena tak ada pilihan lain…
Tantangan pula bagi tim kami saat berkumpul dengan sesama rekannya dari sekolah lain lalu mendengar komentar “ngapain capek-capek kerja di sana, sampai sore lagi, harus ikut training ini itu..?”
(Padahal training-training ini Gratis.. tiss… tiss…, hehee…)
*CurhatKamiDariDaerah

Hanya guru sendiri yang bisa mengangkat derajat profesinya…. dengan bersikap layaknya seorang pendidik. “Resiko” bekerja dengan tim kami salah satunya bersedia akun sosial medianya diawasi. Yaa… kami memang mau repot-repot mengurusi sikap yang katanya seorang guru namun status-statusnya tak lebih dari ungkapan remaja galau atau keluhan-keluhan yang menebar energi negatif.

Kami memandang Guru sebagai Human Capital, selayaknya Capital/ Modal yang sangat sensitif bagi sebuah usaha. Modal menjadi kunci, modal diharapkan untuk selalu bertambah menjadi aset dan kekayaan, modal yang dijaga agar tidak tergerus…

Guru sebagai Modal dalam bentuk manusia/ subjek yang sangat-harus-mesti-wajib dijaga.

Dijaga agar kualitas diri pribadi mereka MENINGKAT. Bermanfaat bagi keluarga dan lingkungan mereka. BERTAMBAH pengetahuan dan skillnya tak hanya dalam pekerjaan tapi juga dalam keseharian mereka. KEKAYAAN yang patut dijaga, karena tanpa pendidik yang berkualitas akan seperti apa anak didiknya…

Karenanya kami tak berdiam diri dan mengeluh ketika menerima “tantangan-tantangan” tadi. Sebisa kami menyediakan sarana belajar bagi tim guru. Benar bahwa training wajib diikuti oleh tim kami. Benar pula bahwa kami bersedia repot mengurusi tindak tanduk yang tak mencerminkan seorang pendidik.

Harga diri dan derajat seorang guru tak diperbaiki hanya dengan menuntut pihak luar/ orang lain untuk menghargai. Melainkan kerjasama dan kesediaan antara pribadi guru dan sekolah.

Mimpinya adalah sesegera mungkin kualitas pendidikan Indonesia dapat disejajarkan dengan negara lain yang diakui kehebatan kualitasnya.
Long way to go…? Mungkin…. Tapi harus ada yang mulai… KITA (Saya, tim kami dan Bapak Ibu Guru sekalian….)

*foto :Tim Alifa Kids usai mengikuti Seminar Personality (by STIFIn)

Previous Post Next Post

You Might Also Like